Hari ini adalah Selasa, 14 Februari 2012.
Pagi-pagi sekali aku bersiap diri untuk pergi ke Solo. Excited sekali
yang kurasa awal hari ini, karena rencananya aku akan pergi mbolang sama Novi,
temenku. Meskipun rasanya badanku sedikit ga fit, aku tetap nekad
mbolang. Tahu ga? Mataku merah-merah…. Sepertinya mau belekan! Hahahaha…. Tapi
yo wis lah…. Asyikin aja! Hahaha…
Menurut planning yang sudah kutetapkan sama
Novi sebelumnya, hari ini kami akan backpacker-an keliling kota Solo
naik bus Solo Batik Trans. Bagaimana pun juga aku kan pengen ngerasain yang
namanya “naik Solo Batik Trans”. Rugi banget lah, klo ga pernah naik bus itu
setidaknya sekali seumur hidup. Karena notabenenya aku juga warga Karesidenan
Solo, kebangetan banget kalo ga pernah naik bus kebanggaan kota Solo.
Itung-itung cari pengalaman laaahhh… Hohohoho… Selain itu juga ga rugi kok,
memaksimalkan fasilitas dari pemkot Solo. Pokoknya Saludos deh buat Pak
Joko Wi, Wali Kota Solo.
Well, sekitar pukul 10.30 aku dan Novi
langsung capcuss… (berangkat mbolang, maksudnya… hahaha). Tapi ada yang sedikit
aneh dari kami. Bilangnya sih mau “backpacker-an”, tapi kok kami ga pake
tas gendong. Tapi malah pake tas “cangklong” kaya’ ibu-ibu mau arisan. Hehehe.
Ehhhh,,,, kok jadi ngelantur gini ceritanya. Oke, sekarang kembali ke topik…
Kami berangkat dari kost Novi, pake motor
kesayangan-ku, Revi. Lalu kami langsung menuju parkiran kampus, mau nitip parkir
motor gratis maksudnya. Hee. Lalu dari kampus kami berjalan menuju Halte Solo
Batik Trans yang memang cukup dekat dari kampus, yaitu sekitar 300 meter.
Sekitar 10 menit kemudian bus yang ditunggu-tunggu datang. Kami berdua naik dan
menuju kursi paling belakang. Bus yang nyaman, dengan tarif yang ekonomis…
begitu kesanku kira-kira. Gimana engga??? Jauh dekat Rp 3.000,-
huhuhuhu… :D Tapi karena Aku mau buka
rekening dulu di salah satu Bank yang terdapat di tepi Jl. Slamet Riyadi,
terpaksa deh baru 2 Km bayar Rp 3.000,- hikz, hikz,… it’s ok lah… Cuman 3 ribu
perak kagak napa-napa hihihi…
Setelah membuka rekening, aku dan Novi kembali ke halte untuk melanjutkan
perjalanan. Ada kesan lain ketika kami naik bus trans solo yang kedua ini. AC
bus-nya mati!!! Gerah abiiissss, cuuuuyyy…!!! Bikin pusing-pusing nih kepala.
Ada ironi tersendiri yan jauh lebih memprihatinkan saat aku dan Novi melihat
sebuah insiden kecil di dalam bus. Mungkin bagi orang lain sih, itu kejadian
yang lazim dan biasa-biasa aja. Tapi bagi kami, itu sebuah kejadian yang absolutely
tragic dan menguji kepekaan sosial. Mau tahu gimana ceritanya:
Ada seorang kakek-kakek yang niatnya mau turun di sebuah
tempat, tapi tempat tersebut udah terlewati dari tadi. Waktu mbak kondektur
menawarkan kepada penumpang untuk turun di tempat yang diinginkan si kakek
tadi, memang tidak ada yang turun. Tapi ternyata si kakek itu mungkin tidak
begitu dengar atau lupa waktu ditawari turun. Jadi beliau ga turun. Duhh…
kasihan banget si kakek. Yang semakin membuat miris, ada seorang bapak-bapak
yang malah marahin si kakek. “Lha ndhek mau ditawani meneng waeee… saiki
malah pengen medhun. Piye thow???!!!”, begitu kurang lebih kata-kata yang
diglontorkan oleh si Bapak tadi. Malah pengen nangissss………… huwaaaaaaaaaa,,,,,,
Aku dan Novi Cuma bisa geleng-geleng kepala. Ya Rabb, kasihan kakek itu. Dan
tidak ada yang bisa kulakukan… L
Tahu ga? Insiden-nya ga hanya berhenti sampai di
situ. Bapak-bapak tadi juga memarahi seorang penumpang yang salah jurusan
(salah naik bus). “Lha wong jurusane bedo kok numpak bis iki???? Yo
kliruuuu….!!!”, kata si Bapak tadi. Astaghfirullah hal adzim…
Maafkan aku dan kami semua yang tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat
kedzaliman ini, ya Rabb…..
Perjalanan terus berlanjut. Setelah menyusuri Jl.
Slamet Riyadi bus terus meluncur menyusuri jalan hingga mengantarkan kami ke
sebuah obyek wisata terkenal di Solo, sebut saja Obyek Wisata “X”, (Maaf,
identitas obyek wisata tersebut dirahasiakan. *red). Kami berhenti di halte
dekat obyek wisata tersebut, turun dari bus kemudian berjalan menuju gerbang
selamat datang lalu membeli tiket.
Setelah mendapatkan tiket, aku dan Novi memasuki
obyek wisata tersebut. Sebuah ironi kembali meyelimuti fikiran dan kepekaan
sosialku. Bagaimana bisa objek wisata yang menjadi icon Kota Solo sampai
seperti tak terurus seperti ini? Kondisinya sungguh memprihatinkan. Debu dimana-mana,
sampah berserakan… dan yang paling menyedihkan, para penjaja makanan/minuman
yang kebanyakan sudah tua renta itu “sepi pembeli”. Entah bagaimana cara mereka
menghidupi kehidupan mereka jika hanya mengandalkan mata pencaharian itu L
Tak begitu lama aku dan Novi berkeliling. Tak
sampai 50% dari area objek wisata yang kami singgahi. Sudah cukup keluh kesah
yang kami simpan. Kerena sebenarnya jika kami mampu, pasti kami sudah berorasi
di dekat pusat kota Jl. Slamet Riyadi atau bahkan di alun-alun kota Surakarta.
But, sadly… we can’t L.
Setelah merasa lelah, sebelum pulang dan
mengakhiri mbolang,,, Novi and I decided to have lunch. Dua porsi
Ayam kremes dan 2 gelas Es Teh dirasa cukup untuk mengisi kekosongan perut kami
berdua. Lunch kami terasa lebih nikmat dengan suasana sepoi angin khas
warung pinggir jalan. Seusai makan siang, kami menuju halte dan PULANG :D.
Alhamdulillah, mbolang hari ini berjalan dengan lancar.
Banyak sekali pengalaman yang insya Allah bermanfaat bagi kami, baik secara
fisik maupun psikis… baik sebagai makhluk individual maupun sosial… semoga
Allah mengizinkan diriku dan teman-teman semua untuk mbolang lagi… mencari ilmu
dan belajar lagi tentang alam dan sosial di kehidupan yang nyata di bumi-Nya
dan di bawah payung langit-Nya. Aamiin… J
0 komentar:
Posting Komentar