Kemilau indah sang mentari di ufuk
Barat perlahan lenyap ditelan temaramnya senja. Siluet itu hadir mengaburkan brightness
dan menimbulkan contrast yang mencolok tapi tetap terlihat unik. Cantik
sekali. Waktu terbenam sang raja siang yang harus bergantian shift-nya
dengan sang rembulan pun diiringi dengan gema irama adzan maghrib yang sangat
merdu yang dilantunkan oleh sang muadzin.
Adzan maghrib menyeru masyarakat kota
di perumahan Banjar Asri, kota Semarang. Tak banyak warga kampung Banjar Asri
yang mengikuti jama’ah sholat maghrib di Masjid An Nur. Memang seperti itulah
yang terjadi saat ini. Entahlah, terkadang memang menusia lebih mementingkan
dunia disbanding panggilan Rabb-Nya. Pun tak terasa waktu berlalu. Tak lama, adzan
Isya’ menyeruak, menerobos hiruk pikuk nuansa perkampungan kota nan sedikit
terkontaminasi arus metropolitan. Jama’ah Masjid An Nur kembali melaksanakan
sholat isya’ berjama’ah masih dengan makmum yang sama seperti sholat maghrib
tadi. Hanya ada 3 shaf laki-laki yang ada di dalamnya. Sangat ironis memang.
Sementara makmum perempuan lebih memilih untuk sholat di rumah masing-masing.
Biasanya warga perempuan kampung itu hanya akan ikut sholat berjama’ah ketika
sholat tharawih di bulan Ramadhan, atau hari-hari Besar ummat Islam. Pun dengan
Dania. Ia lebih memilih untuk menunaikan sholat isya’ di kosnya. Ya! Kampung
Banjar Asri adalah alamat rumah kosnya saat ini.
Waktu kembali berlari. Malam kian
larut. Kini jam dinding di kamar Dania telah menunjukkan pukul 21.45 WIB. Ia
masih terpaku di depan layar komputer 14 inch miliknya. Entah apa yang
ia ketik sekarang. Namun kadang ia menghentikan tarian tangan di atas key
board lalu termenung. Keadaannya saat ini agak berbeda. Ia sedikit lesu dan
tak ceria seperti biasanya. Seketika ia berdiri meninggalkan computer
yang masih menyala. Ia membuka laci meja sebelah kanan ranjang tidurnya. Lalu
ia mengambil sesuatu dari sana. Sebuah album foto rupanya. Ia buka perlahan
album itu. Ternyata, itu adalah album foto perpisahan SMA-nya dulu.
Seketika, ia membuka album itu
kemudian membolak-balik halamannya. Belum lama ia membuka dan belum banyak lembaran
yang ia lalui, tangannya terhenti di halaman ke-tujuh. Sejenak mata Dania
tertuju pada foto sesosok pemuda.
“Astaghfirullah…”, katanya. Dengan
spontan, Dania menutup kembali album itu kemudian tetesan air matanya melinang
hingga berubah menjadi genangan. Genangan yang membanjiri mata hingga meluap
membasahi pipi, menyeruakkan kesedihan.
Ternyata sosok yang membuatnya
menangis itu tadi adalah teman sekelasnya semasa SMA, Ayyas Irfan Fannani.
Seseorang yang berarti baginya sejak SMA. Namun tentu saja ia berhati-hati
dengan apa yang ia rasakan. Bagi Dania, cukup hanya dirinya dan Rabb-nya saja
yang tahu.
Ayyas Irfan Fannani adalah ketua OSIS
sewaktu SMA dulu. Kharismanya sebagai seorang pemimpin memang tak perlu
diragukan lagi. Cerdas, tegas, penuh tanggung jawab, dan berjiwa besar. Namun
segala kelebihan yang ada pada dirinya itu tak menjadikannya angkuh atau
sombong. Ayyas, tetaplah seseorang yang ramah dan bersahaja. Sangat pantas jika
banyak teman-teman perempuannya menyukai dan menaruh simpati padanya. Tak
terkecuali seorang Dania Kalyana Tantri.
Sebenarnya, Dania sadar betul bahwa
perbandingan dirinya dengan Ayyas sangatlah jauh. Bagaikan bumi dan langit. Sangat
tidak sekufu. Baik dari segi kepribadian, emosional, intelektual maupun
spiritual. Sejauh ini, Dania memanglah sepantasnya menyembunyikan perasaannya.
Ia sangat takut jika ia terjurumus pada yang syubhat, bahkan haram. Di saat
teman-temannya menikmati masa muda mereka dengan seseorang yang belum halal
bagi mereka, ia lebih memilih untuk tidak melakukan hal yang sama.Ia sangat
takut kalau cinta yang ia rasakan bukan karena Allah, tapi karena nafsu.
Naudzubillah…
Sekali lagi, tentang Ayyas. Ia memang
sosok yang mudah dikagumi dan diteladani. Hal yang kontras dan signifikan jika
dibandingkan dengannya. Dania yang urakan dan kerap sekali labil dalam hal
intelektual, emosional, bahkan spiritual. Ia sangat menyadari hal itu. “I’m
perfectly imperfect…”, katanya.
Meskipun begitu, ia tak pernah
berusaha menjadi orang lain. Tak ingin naïf dan tak original. Dania adalah
Dania. Ia ingin menjadi dirinya yang sesunguhnya di segala aspek kehidupan di
setiap sudut paradigma. Banyak sekali tulisan-tulisan karyanya yang
mengungkapkan hal itu. Ya! Dania sering meluangkan waktunya untuk mempuat
tulisan. Menggoreskan pena… maupun menarikan jemari lentiknya di atas tombol Key
Board. Dania suka menulis deretan syair dan puisi. Puisi tentang dunianya…
tentang cita dan cintanya. Deretan huruf, rangkaian kalimat dan komposisi
paragraf yang mengisahkan tentang keinginan dan komitmennya yg ingin menjadi
dirinya sendiri, serta menjadi karakter yg sudah dianugerahkan Rabb-nya kepadanya.
Yaaahh… meskipun ia juga sadar bahwa untaian dan syair yang ia buat tak seindah
lirik lagu “menjadi diriku”-nya edcoustic dan tak se-booming ”This is me”-nya
Demi Lovato. Namun, ia tetap akan terus berkarya…
Kembali ke soal perasaan Dania.
Saat ini Dania benar-benar jatuh dan in
low. Iman memanglah teramat fluktuatif dan labil. Tak perlu diragukan lagi,
kalau kata anak zaman sekarang “Dania lagi galau!”. Bahkan lebih dari itu.
“Hati Dania super duper galau!”. Kegalauan dan kebimbangan memang sangat
manusiawi. Tapi mau sampai kapan? Untuk apa kita galau hanya untuk hal yang tak
pasti???
Dania mengusap kembali air matanya.
Ia tak ingin terlalu lama dilema oleh cinta yang tak pasti. Ia berdiri dan
tersenyum . “Semangat, Dania! La
tahzan. Innallaha ma'ana…
You’ll be fine! Just stay cool !”, katanya, berusaha menyemangati
dirinya sendiri. Saat tak seorang pun mengerti tentang apa yang kita rasakan,
kita harus sadar hanya Allah dan diri kita sendiri saja yang mengerti. Jika
kita menyadari hal itu maka kita akan selalu termotivasi. Siapa yang akan
memotivasi diri kita, kalau bukan kita sendiri??? Seperti kata pepatah: “When
you realize that the person who can motivate you the most is you, then you will
always be motivated!”. Motifasi diri! Ya! Itu adalah cara untuk mengusir galau.
And of course, the most important thing is remembering Allah. Insya Allah,
dengan mengingat-NYA… hati kita tidak akan galau dan menjadi tenteram.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan
hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar Ra’d: 28)
“Hai orang-orang
mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7
0 komentar:
Posting Komentar