Tak terasa jam di
dinding kamar kosnya sudah menunjukkan pukul 22.35 WIB sekarang. Ia masih saja
belum bisa memejamkan mata. “Astaghfirullah…”,
katanya lagi. Kegalauan hati Dania terus menggiring lamunannya pada sosok Ayyas
dan kejadian yang lebih dari setengah tahun yang lalu.
6
Bulan yang Lalu…
Saat itu, ketika ia
sedang mengerjakan tugas kuliah, sekitar pukul 9 malam, Hand Phone Dania berbunyi. “This
is real, this is me. I’m exactly where I’m supposed to be now. Gonna let the
light shine on me….”, begitu nada dering SMS HP Dania, sebuah lagu berjudul
This is Me yang dinyanyikan oleh Demi
Lovato. “Lagu yang jujur…”, katanya
suatu ketika.
Dania memencet tombol
keypad HP-nya beberapa kali dan membuka sms itu. Pesan singkat itu hanya
tertera nomor tanpa ada nama pengirim. Namun sepertinya Dania mengetahui dengan
jelas siapa pengirimnya. Tak salah lagi! Pengirimnya adalah Ayyas Irfan Fannani.
Meskipun Dania tidak menyimpan nomor HP Ayyas, ia cukup hafal tiga digit
terakhir nomor HP seseorang yang dikaguminya itu. 123. Tiga digit terakhir
nomor Ayyas memang cukup mudah untuk diingat.
Hatinya berdebar. Dania
seakan penasaran terhadap apa yang akan dibacanya sebentar lagi. Ia kemudian
membaca pesan singkat itu.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam. Ada
apa bro?”, Dania membalas SMS Ayyash dengan kesan yang natural.
“Ga kenapa-napa. Ehh,
kamu masih inget Zakky, temen kita sekelas dulu? Katanya dia pengen nikah tiga
tahun lagi. Terus kak Arif dan kak Zulaika, kakak kelas kita, juga pengen nikah
satu tahun lagi.”
Deggg! Rasa-rasanya
jantung Dania hampir berhenti sesaat. “Kenapa
nih anak, tiba-tiba ngomongin soal nikah gini? Terus apa hubungannya sama
aku???”, katanya dalam hati.
“Iya, aku masih inget.
Terus kenapa?”
“Kalo kamu nikah kapan,
Dan?”
Deggg! Lagi-lagi Dania
tersentak karena pertanyaan Ayyas.
“Belum tau, kan aku
masih semester 5. Belum kepikiran sampe sana. Lagian belum ketemu sama
jodohnya. Hahaha…”, balas Dania mencoba bersikap biasa. Meski dibalik itu
semua, perasaan di hatinya campur aduk.
“This
is real, this is me. I’m exactly where I’m supposed to be now…”. HP Dania
bordering lagi. SMS
datang lagi. Dania membukanya. Masih dari Ayyas.
“Kalo kamu menungguku
aja gimana? Kamu mau ga, Dan?”, Pinta Ayyas.
Hmmmmm…, Balas Dania.
Ia hanya menjawab dengan gumam. Meski ia bertanya-tanya apa sebenarnya maksud Ayyas
berkata seperti itu. Bercandakah? Guyon-kah?
Seriuskah? Sampai sekarang pertanyaan itu hanya ia lontarkan secara “sirh” dalam
hati, dan tak pernah ia pertanyakan secara “jahr” pada Ayyas. Padahal jauh di
lubuk hatinya yang terdalam, ia mengharap keseriusan yang lebih dari Ayyas.
Bahkan mungkin, tidak hanya sekedar lewat SMS. Namun secara baik-baik, lelaki
itu bisa saja meminta Dania dari walinya.
“Mustahil…”, kata Dania sedih sambil menghembuskan nafas.
***
Sejak balasan “Hmmmmm”
dari Dania kala itu, Ayyas tak pernah lagi mengirim pesan singkat padanya.
Entah kenapa. Apa dia telah menyakiti hati Ayyas? Atau Ayyas memang hanya
sekedar bercanda dengan Dania saat itu? Dania juga tidak tahu. Wallahu a’lam.
Meski terkadang perasaan rindu datang menyiksa. Namun tentu saja, ia harus
menepisnya karena rindu yang ia rasakan saat ini tidaklah halal untuknya.
“Ayyas, aku seorang
muslimah yang masih sedang belajar tentang agama. Tentunya aku tidak se-level
denganmu. Lagi pula, kuliahku
masih semester 5. Bagaimana mungkin aku meng-iyakan permintaanmu
sementara
dalam jangka waktu lama aku tidak tau apa yang akan terjadi di antara
kita. Aku
sangat takut jika aku menjawab ‘iya’, kita akan terjerumus dalam lembah
fitnah
dalam ikatan yang tidak halal. Bahkan bisa merusak kesucian hati kita,
dan
akhirnya malah melunturkan cinta haqiqi kita pada Allah azza wa jalla.
Aku
tidak mau hal itu terjadi, Yas. Sejenak aku berfikir bahwa mungkin lebih
baik aku kehilangan cintamu, daripada aku harus kehilangan cinta
Rab-ku. Aku yakin kamu paham syari’at yang mengatur
tentang hal ini. I didn’t mean to hurt
you. I thought I was not good enough for you. Seandainya kamu memintaku di
saat kita telah siap, mungkin aku… ahhh! Astaghfirullah, ampuni aku ya Allah! Maafkan
salah dan khilafku ini. Lagi-lagi syeitan telah menjerumuskanku dalam
angan-angan panjang tiada arti.”
***
2
Tahun Kemudian…
Sudah dua tahun ini
Dania tidak ada kontak dengan Ayyas. Ia mendengar kabar bahwa sekarang Ayyas
menjelma menjadi sosok yang semakin agamis dan semakin mencintai Allah. Dania
turut bahagia mendengar hal itu, setidaknya sebagai seorang teman. Ya, hanya
teman! Bahkan, yang sempat membuat Dania terisak melelehkan air mata, ia
mendengar rumor bahwa Ayyas kemungkinan akan dijodohkan dengan Syifa, teman
se-organisasi Ayyas saat SMA yang juga anak dari teman dekat orang tuanya.
Dania pun juga mengenal Syifa dengan sangat baik. Finally, Dania patah hati.
“Tidak apa-apa… Tidak
apa-apa Ya Allah. Tidak apa-apa kalau cintaku pada salah satu makhlukmu
bertepuk sebelah tangan. Karena yang paling penting bagiku adalah cintaku
pada-MU tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan. Aku tahu bahwa Engkau-lah
Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Mu, Rabbi… Semua ini adalah
ketetapan-MU, maka tenangkanlah pula hatiku juga dengan ketetapan-MU. Wahai Zat
Yang Maha Cinta, Pemilik Cinta, cintakanlah aku kelak pada seseorang yang
mencintaiku karena-MU dan yang kucintai karena-MU. Dan izinkanlah kami untuk
saling mencintai dalam kecintaan kami terhadap-MU. Aamiin Ya Rabb…”, lirihnya…
***
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)
***
0 komentar:
Posting Komentar