Sahabatku, kali ini saya menemukan inspirasi yang sedikit berbeda untuk tulisan saya. Saya ingin menyuratkan sebuah kisah non fiksi, yang telah terjadi dalam realita dan benar-benar dialami oleh seseorang. Namun kisah berikut sedikit dimodifikasi dalam penyampaiannya dengan alasan untuk menjaga kerahasiaan identitas narasumber.
Ada seorang gadis, anggap saja namanya Kanaya. Kanaya adalah seorang gadis yang medioker, biasa-biasa saja dan bukan seseorang yang istimewa. Dia bersekolah di salah satu SMA di kotanya. Naya, begitu teman-temannya sering memanggilnya, adalah seorang yang dikenal cerewet, ceria, jaim, supel, emosional, dan childish. Dia suka sekali berteman, Di sekolahnya, teman-teman Naya berasal dari kepribadian yang heterogen. Ada yang pemalas, urakan, slengekan, manja dan kemayu. Namun, beberapa temannya juga ada yang kalem dan agamis. Meskipun Naya tak bisa menjadi se-perfect orang lain, dia tak pernah merasa canggung dengan dirinya sendiri. Baginya, bersifat apa adanya dengan segala kekurangan yang ia miliki tanpa menyembunyikannya itu lebih manusiawi dan netral. Sebisa mungkin, ia menghindari menjadi seorang yang sok naif berlaga' kalem padahal dia sangat urakan. Naya tahu betul bahwa Tuhan menciptakan dan menghiasi kepribadian manusia dengan karakter yang berbeda. Bukankah keindahan akan lebih terasa dengan adanya kombinasi dan kolaborasi perbedaan? Hal iu juga yang menjadi paradigma-nya dalam menatap masalah diferensiasi karakter dalam persahabatan. Pelangi terlihat sangat cantik karena warna-nya yang mejikuhibiniu. Coba bayangkan kalau warna pelangi cuma merah saja, atau hijau saja? Bakalan aneh dan gak keren lagi daaahhh...! Lagi pula disebut pelangi karena warnanya yang bermacam-macam. Kalau cuma satu warna mah, bukan pelangi lagi namanya! Ya ga, sob? Oleh sebab itulah dia ingin menjadi dirinya sendiri, dan membiarkan teman-temannya menjadi diri mereka.
Di kehidupan Naya, ia mempunyai seorang sahabat yang sangat dekat dengan dirinya dari berbagai sudut kehidupan. Mulai dari teman sekolah, teman sekelas, teman ngobrol, tetangga, de el el. Namanya Tina. Seperti yang Kanaya bilang, "Hidup akan terasa lebih berarti dan bermakna karena adanya perbedaan, bro...!". Sahabatnya itu juga memiliki karakter yang sangat bertolak belakang dengan dirinya. Tina adalah gadis lugu, patuh, pintar, kalem, agamis, anak ROHIS (Kerohanian Islam) lagi! Banyak sekali sisi-sisi kehidupan Kanaya yang membutuhkan pemikiran-pemikiran yang tidak ada dalam karakter kepribadiannya, namun akhirnya bisa dilengkapi oleh karakter kepribadian Tina. Dan juga sebaliknya.
Gimana? Masih mau lanjut ceritanya? Yuuuukkk....!