Hari ini, 14 Ramadhan 1433 Hijriyah
atau bertepatan dengan 2 Juli 2012 Masehi, aku berusia 21 tahun 6 bulan. Belum lama ini aku juga telah menyelesaikan kuliahku. Tak sadar kini aku telah beranjak
dewasa, atau mungkin sudah kelewat dewasa? Sejauh ini dalam kehidupanku,
sepertinya aku belum banyak melakukan sesuatu yang berarti... Hmmmm...
penyesalan memang selalu datang terlambat.
Pikiranku mulai melayang, menyeruak
paradigma non logis yang mungkin dimalam Ramadhan ini akan segera terungkap, tapi
tetap di bawah alam sadar... dan tentunya atas izin Allah.
Jika melihat diriku yang sekarang,
mungkin teman-temanku tidak akan pernah menyangka seburuk apa aku sebelumnya. Dania yang sekarang berbeda dengan Dania yang dulu. Tapi
bukan berarti sekarang aku telah menjadi orang yang baik. Aku masih seorang
yang medioker yang sedang belajar untuk menjadi lebih baik. Tapi jika
dibandingkan dengan yang dulu... Saat masih SMP, sekitar 8 tahun yang lalu...
Sungguhlah sangat berbeda... sampai akhirnya aku temukan hidayah ini dari-Nya.
Masih teringat jelas dalam ingatanku
betapa "super duper mbeling"-nya diriku... jauh dari syari'at...
Masuk sekolah telat... sampai kadang kalau ada jam pelajaran yang kosong aku
lebih memilih nongkrong di kantin (kalo ada yang ngajak sih, kalo sedirian ga
berani juga gue...). Namun aku bersyukur, se-mbeling apapun aku waktu
itu... aku ga pernah mengecewakan orang tuaku dalam hal akademik maupun norma
sosial di masyarakat. "Aku ga mau malu-malu-in orang tua...", itu
sudah menjadi prinsip paten dalam hidupku sedari dulu. Meskipun dengan otak
yang pas-pasan, ga begitu pinter dan dengan siklus belajar yang "suka-suka
gue", aku masih berusaha semaksimal mungkin mempersembahkan nilai yang
terbaik yang aku bisa kepada orang tuaku. Meskipun saat pengerjaan soal-soal test hanya mengandalkan penalaran dan
perasaan alias "aji pengawuran". hehehe
Satu masa telah terlewati... dan dengan
pasti, kutinggalkan bangku SMP... beranjak pergi mengenakan seragam putih
abu-abu dengan senyuman. Awal masuk SMA, aku masih tak jauh berbeda dengan yang
sebelumnya... Masih suka urakan dan gila bola, bahkan lebih dari sekedar gila
bola.... mungkin bisa juga disebut stress bola.. hmmmm... saking
parahnya!
Awal-awal masa adaptasiku di SMA ini,
ada yang sedikit mengusik naluriku dan menggugah fitrahku. Sering aku
terngiang perkataan salah satu guru PKn SMP-ku yang selalu menyisipkan
ayat-ayat Qur'an dan hadist dalam pembelajarannya. Dalam hal ini aku
benar-benar terusik dengan adanya perintah Allah dalam QS. Al Ahzab: 59 dan
Annur: 31, yaitu perintah untuk berjilbab. Aku ingin melaksanakannya as soon
as possible. Tak peduli se-mbeling apapun aku, aku ingin mengaplikasikan
niat ini. Kalo mesti nunggu akhlak yang sempurna 100%, mau sampe kapan???
Manusia jelas tak sempurna. Biarkan akhlakku terbenahi seiring aku menjulurkan
hijabku. "I really really really
wanna wear hijab!!!", teriakku dalam hati. "Ya Allah, izinkan aku
mengenakannya untuk membuktikan identitasku yang sebenarnya, yakni seorang
muslimah.". Tapi sungguh apalah daya... jujur saja.. aku tumbuh dan
berkembang di sebuah keluarga yang tidak begitu paham akan syari'at Islam,
serta belum kaffah benar dalam mengaplikasikan sebuah keyakinan. Aku pun tinggal
di tengah-tengah masyarakat yang masih awam akan agama mereka sendiri Saat aku
meminta izin orang tuaku untuk berhijab mulai kelas X... AKU TIDAK DI-IZINKAN.
Jika aku nekad berjilbab, NO MONEY! artinya, aku ga dibayarin uang sekolah.
Hikz, hikz... ini cobaan pertama untukku. Allah benar-benar meguji kesungguhanku.
Tak berhenti disitu. Kali ini niatku
untu berjilbab tidak bisa ditunda-tunda lagi. Dan tak kubiarkan siapapun
mencoba menghalangiku untuk mencintai Allah. Akan ku buktikan bahwa cinta dan
ridho Allah-lah yang utama, bukan cinta manusia. Hari demi hari kusisihkan uang
saku-ku saat kelas X SMA. Dan telah kubulatkan tekadku saat uang tabunganku
kubelikan seragam sekolah panjang, rok panjang dan kerundung. Alhamdulillah,
aku diberi keberanian oleh Allah untuk "nekad" berjilbab mulai kelas
XI.
Lalu apa kata orang tuaku?
Alhamdulilah beliau-beliau luluh
terhadap kekukuhan hatiku. Meski pada awalnya mereka menganggap kalau aku
terlalu "fanatik". Plizzz, Mom, Dad... ini soal Islam dan syari'at,
bukan soal fanatik atau tidaknya kita di hadapan manusia.
Yaaahhh... memang, saat itu.. Jilbab/
hijab belum se-populer saat ini. Kalau pake bahasa twitter, saat itu Jilbab
belum menjadi Trending Topick. Jadi aku juga tidak ingin terlalu
menyalahkan orang tuaku yang menganggapku "over fanatik".
Mulai kelas XI, aku mulai
meniti pematang perjalanan pencarian jati diri. Aku ingin mengenal Rabb-ku jauh
lebih dalam. Ini adalah sebuah cara untuk memperbaiki hati dan akhlakku pasca
berjilbab.
I
just feel sooooo good, happy, excited, great, amazed, fantastic... Everything! Sungguh tak cukup
seribu kata untuk melampiaskan kebahagianku setelah merengkuh gelar The Real Muslimah… :D
Alhamdulillah, perlahan tapi pasti...
kerasnya batu pun dapat terlubangi oleh tetesan air yang konsisten. Finally, orang tuaku benar-benar ridho
aku mengenakan jilbab. Allahu akbar! Aku pun membuktikan pada mereka kalu
tentu-lah "beda" aku yang dulu dengan aku yang sekarang "sebelum
dan setelah memakai jilbab". Aku mulai membiasakan bebahasa Jawa Krama
Inggil terhadap orang tuaku, meski awalnya masih belepotan di mana-mana dan
terdengar "wagu". Turut kubuktikan juga melalui prestasi akademis, yaaaahhh... meski masih tetap
mengandalkan penalaran dan perasaan serta siklus belajar yang "suka-suka
gue". Hehehehe... Tapi so far so good laaaahhh....
Kembali soal jilbab, alhamdulillah,
kanjeng mami-ku tercinta pun sekarang berjilbab saat keluar rumah, yaaah, walau
pun saat ini belum begitu konsisten sih... Tapi, ini adalah proses. Everything
needs a process, right
Namaku Dania. Dan biakan aku memainkan drama duniaku dengan apa adanya! :)
Namaku Dania. Dan biakan aku memainkan drama duniaku dengan apa adanya! :)
"Ya Rabb, jangan kembalikan kami
kedalam keadaan kafir setelah beriman...", Aamiin ya Allah...
"... Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung." (QS. An Nur: 31)
"Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.' Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Ahzab: 59)
***
0 komentar:
Posting Komentar